Ada sekitar 3.000 mahasiswa Indonesia di
Kairo Mesir, dan umumnya mereka menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar,
meskipun masih ada universitas lain, seperti Universitas Ainun Syams,
Universitas Kairo (Jami’ah Qahira), dan the American University in
Cairo. Bahkan meskipun masih banyak universitas di luar Kairo, seperti
Universitas Zagoziq, Universitas Almenia, dan lainnya, jarang sekali
mahasiswa Indonesia tertarik belajar di luar Universitas al-Azhar.
Tulisan singkat ini berusaha menjawab
secara singkat pula pertanyaan; bagaimana kondisi Universitas al-Azhar,
mengapa mahasiswa Indonesia memilih Universitas al-Azhar, dan bagaimana
kehidupan mahasiswa Indonesia di kota Kairo. Kuliah di Universitas
al-Azhar dipisahkan dan berdiri sendiri kelas untuk laki-laki dan kelas
untuk perempuan. Maka muncul sebutan kuliah li al-Banân, kuliah untuk
mahasiswa (laki-laki), dan kuliah di al-Banât, kuliah untuk mahasiswi
(perempuan). Universitas al-Azhar di Kairo mempunyai 14 fakultas untuk
banân/mahasiswa, dan 7 fakultas ditambah satu jurusan untuk
banât/mahasiswi. Masih banyak fakultas di cabang-cabang al-Azhar yang
terletak di beberapa kota sekitar Kairo, seperti al-Zagoziq, Tanta,
al-Mansurat, dan Asyût. Fakultas-fakultas untuk laki-laki di Kairo
adalah: (1) Ushuluddin, (2) Al-Syari’ah wa al-Qanun (Syari’ah dan
Perundang-Undangan), (3) al-Lughah al-’Arabiyah (Bahasa Arab), (4)
al-Dirâsât al-Islamiyah wa al-’Arabiyah (Studi Islam dan Arab), (5)
al-Dakwah al-Islamiyah, (6) al-Tijârah (Ekonomi/Bisnis), (7) al-Tarbiyah
(Ilmu Pendidikan), (8) al-Lughah wa al-Tarjamah (Bahasa dan Terjemah),
(9) al-Tib (Kedokteran), (10) al-Saidalah (Apotik), (11) al-Tib al-Asnân
(Kedokteran Gigi), (12) al-Handasah (Teknik), (13) Al-Ulum (Sains), dan
(14) al-Zirâ’ât (Pertanian). Sementara untuk perempuan
(banât/mahasiswi) adalah: (1) al-Dirâsât al-Islamiyah wa al-’Arabiyah
(Studi Islam dan Arab), (2) al-Dirâsât al-Insanîyah (Humaniora), (3)
al-Tijârah (Ekonomi/Bisnis), (4) Al-Tib (Kedokteran), (5) al-’Ulum
(Sains), (6) al-Saidalah (Apotik), (7) Al-Tib al-Asnân (Kedokteran
Gigi), ditambah Jurusan Sains.
Kemudian di beberapa cabang al-Azhar ada
beberapa fakultas dan/atau jurusan. Cabang-cabang dimaksud adalah
Tanta, Mansurat, Zagoziq. Sementara dari sisi lokasi, Universitas
al-Azhar yang ada di Kairo terletak di dua tempat, yakni di Husein,
sebagai kampus lama, dan di Maqtal Sadat (tempat pembunuhan Sadat)
sebagai kampus baru.
Meskipun sama-sama Universitas al-Azhar,
kedua lokasi ini mempunyai perbedaan. Di kampus lama hanya ada Fakultas
Agama, yang meliputi Fakultas al-Syari’ah wa al-Qanûn, Ushuluddin, dan
Bahasa Arab (al-Lughah al-’Arabîyah). Sementara di kampus baru, di
samping ada al-Dirâsât al-Islamiyah wa al-’Arabiyah (studi Islam dan
Arab), al-Dakwah al-Islamiyah, dan al-Tarbiyah (Ilmu Pendidikan),
sebagai fakultas agama, ada fakultas umum. Fakultas Syari’ah dibagi
menjadi dua jurusan, al-Syari’ah al-Islamiyah dan al-Syari’ah wa
al-Qanun. Sementara Fakultas Ushuluddin meliputi empat jurusan, Tafsir,
Hadis, Dakwah, dan Aqidah & Filsafat. Fakultas Bahasa Arab mempunyai
jurusan; jurusan umum, sejarah, budaya, publikasi/komunikasi &
Iklan. Adapun sistem perkuliahan yang dipakai umumnya masih menggunakan
sistem ceramah dan sistem tingkat. Maksud sistem ceramah adalah,
mahasiswa belajar dengan jalan mendengarkan ceramah dari dosen di kelas
yang jumlah mahasiswanya ratusan untuk kelas-kelas tertentu, bukan
sistem kelas kecil dan dialogis, bukan pula mahasiswa membuat makalah
untuk didiskusikan. Kehadiran mahasiswa di kelas tidak menjadi
perhitungan untuk kelulusan. Konon kalau mahasiswa hadir semua, kelas
yang tersedia tidak cukup menampung mahasiswa. Maka kelulusan ditentukan
oleh murni hasil ujian. Perlu dicatat, setiap dosen menyediakan diktat
kuliah. Maksud sistem tingkat adalah, kelulusan mahasiswa diukur
berdasarkan tingkat, bukan jumlah satuan kredit semester (SKS). Maka
mahasiswa yang lulus seluruh mata kuliah di satu tingkat akan naik ke
tingkat berikutnya, sementara mahasiswa yang gagal harus mengulang lagi
di tingkat yang sama dan dengan mengambil mata kuliah yang sama pula.
Dengan catatan ada toleransi. Bahwa mahasiswa tetap naik ke tingkat
berikutnya kalau hanya 2 mata kuliah yang tidak lulus, dengan syarat 2
mata kuliah tersebut harus diulang. Sementara mahasiswa yang gagal lebih
dari 2 mata kuliah berarti harus mengulang seluruh mata kuliah yang
ditempuhnya di tingkat yang sama.
Adapun mahasiswa Indonesia umumnya,
untuk tidak mengatakan seluruhnya, kuliah di 2 fakultas, Syari’ah dan
Ushuluddin. Di dua fakultas inipun terbatas di jurusan Syari’ah
Islamîyah untuk Fakultas Syari’ah, dan jurusan Tafsir dan Hadis untuk
Fakultas Ushuluddin. Ketika beberapa mahasiswa Indonesia ditanya
alasannya, adalah karena di luar dua jurusan tersebut terlalu sulit bagi
mahasiswa Indonesia. Tentang tempat tinggal, mahasiswa Indonesia
umumnya tinggal di luar asrama al-Azhar dan memilih tinggal sesama
mahasiswa Indonesia. Bahkan beberapa daerah mempunyai asrama daerah yang
pembangunannya dibantu oleh pemda setempat, seperti Jakarta, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Sementara mahasiswa yang tinggal di asrama
al-Azhar juga tinggal satu kamar dengan mahasiswa Indonesia, meskipun
bertetangga dengan mahasiswa internasional lain dari berbagai negara.
Ketika ditanya mengapa tidak satu kamar dengan mahasiswa internasional
lainnya, adalah karena mempunyai kebiasaan yang berbeda. Misalnya
mahasiswa Afrika mempunyai kebiasaan berbicara keras-keras, kalau nonton
sepakbola kadang bersorak, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang tidak
sejalan dengan kebiasaan Indonesia.
Adapun perbandingan jumlah mahasiswa,
bahwa mahasiswa Indonesia menjadi mayoritas apabila dibandingkan dengan
mahasiswa negara lain, baik dari Asia; Asia Tenggara dan Asia Tengah,
maupun Afrika. Setelah Indonesia, untuk wilayah Asia Tenggara ditempati
masing-masing oleh Malaysia, Thailand, Philipina, Brunei, Kamboja,
Vietnam, Burma, dan Singapore. Hanya saja ada perbedaan antara mahasiswa
Indonesia dengan mahasiswa Malaysia dan Brunei. Kalau mahasiswa
Indonesia berhak mendapatkan beasiswa dari al-Azhar, sementara mahasiswa
Malaysia dan Brunei tidak berhak. Alasannya adalah, mahasiswa Malaysia
dan Brunei oleh pemerintah Mesir dimasukkan kelompok negara kaya. Bahkan
beasiswa yang diterima mahasiswa Indonesia pun jauh lebih kecil dari
yang diterima mahasiswa Malaysia dan Brunei. Lebih mengecewakan lagi
konon, kalau mahasiswa Indonesia mencari tempat tinggal selalu menawar
harga, sementara mahasiswa Malaysia dan Brunei langsung membayar tanpa
pernah menawar. Konon kondisi keuangan mahasiswa Indonesia dengan segala
konsekuensi tersebut, memberikan implikasi pada perlakuan orang Mesir
kepada mahasiswa Indonesia.
Oleh: Prof Dr Khoiruddin Nasution, Guru
Besar Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan sedang
Visiting Profesor di Mesir.
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/12/03/liku-liku-kehidupan-mahasiswa-indonesia-di-kairo/
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/12/03/liku-liku-kehidupan-mahasiswa-indonesia-di-kairo/
Komentar
Posting Komentar