Langsung ke konten utama

Lulus Lebih 4 Tahun, Problem?

Ini tentang diriku, yang tengah berjuang mendapatkan gelar sarjana di bidang sains. Empat tahun yang lalu, aku menginjakkan kaki dan memasuki dunia kampus ini, kampus yang katanya "Unggul Membangun Peradaban". Kampus negeri satu-satunya yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa tahun terakhir menjadi hits, populer dan terkenal di wilayahnya sendiri karena sedikit demi sedikit mulai menoreh prestasi, walau diselingi dengan beberapa kasus, berita negatif bahkan isu-isu miring.

Aku, yang mulanya berniat lulus 3,5 tahun, kini mendekati wisuda Oktober tahun ini belum terlihat tanda-tanda akan lulus. Seminar hasil saja belum, apalagi wisuda, apalagi sidang, dan yudisium, Hari ini aku duduk di perpustakaan kampus, mengerjakan revisi makalah untuk seminar hasil yang rasanya ingin sekali aku berkata "Kapan giliran aku wisuda?" "Aku ingin lulus seperti mereka (read: teman-temanku yang wisuda tahun ini)" "Aku ingin segera kerja"

Kekecewaan terbesarku bahwa tak dapat lulus empat tahun pas. Faktanya, aku akan lulus tahun depan, lebih dari 4 tahun. Apakah ini sudah takdir? Apakah ini yang terbaik bagiku yang diberikan oleh Dia? Terkadang aku merasa sedih dan kecewa dalam hati, melihat teman kos ku sendiri sedang sibuk mencetak dan menjilid skripsi, menyiapkan berkas pendaftaran yudisium, sibuk dengan persiapan wisuda, pakai baju apa, make-up yang bagaimana, dan hal-hal lainnya.

Motivasi ku untuk terus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai adalah orang tua. Bapak dan mamak siap bekerja tiap hari hanya untuk anak-anaknya, untuk kami, terutama untuk aku yang banyak menghabiskan uang di keluargaku, untuk bayar uang kuliah, bayar uang kos, uang makan, uang bensin, uang yang lainnya. Ingin segera aku membalasnya, tapi sekarang belum saatnya. Semangatku yang lain adalah teman-temanku, ku lihat mereka bisa lulus lebih dari  4 tahun, mereka kuliah 5 tahun, bahkan ada yang 7 tahun, hampir di drop out, tapi ia dapat meluluskan dirinya di tahun terkahirnya kuliah.

Semoga. Semogalah ini yang terbaik dan ada hikmah dibalik semua ini. Tak selamanya perjalanan panjang ini berasa manis kan? Ada pahit, asem dan asinnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan