Langsung ke konten utama

Nagoya Oh Nagoya

Batam adalah kota yang terdapat didekat Singapura, Malaysia dan Pekanbaru. Kota Batam merupakan kumpulan pulau-pulau yang ada disekelilingnya seperti Bintan, Tanjung Pinang, dan lainnya membentuk sebuah provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau. Jika dari Palembang, kita dapat menempuh jarak kurang lebh sejam perjalanan dengan menggunakan pesawat terbang via Citilink atau LionAir di pagi hari mulai pukul 6.10,  7.30 dan 8.35. Penerbangan dapat langsung ataupun singgah/transit sebentar dengan harga mulai dari Rp 633.000 dengan penerbangan setiap hari.

Menuju Batam

Kota Batam merupakan kota yang tidak seluas kota Palembang. Hehehe. Luas pulaunya hanya 715 km persegi. Kami berangkat pagi dengan menggunakan Citilink pagi hari dari Sultan Mahmud Badaruddin II International Airport (IA), Palembang dan suasana kursi penumpang 80% penuh. Lalu tiba sekitar pukul 9 lewat di Hang Nadim IA dan bandara ini pun luasnya mungkin samadengan bandara di Palembang. Tiba di bandara, kami langsung menaiki bus angkutan yang sudah dipesan dan berjalan menuju hotel. Hotel kami berada di kawasan pelabuhan Harbour Bay yaitu Hotel Zest.

Tiba di hotel Zest sekitar pukul 11 siang dan langsung check in kamar-kamar yang akan dihuni. Setelah selesai, kami memutuskan untuk jalan-jalan ke Mall Nagoya Hill. Judulnya ku buat seperti itu karena teman-teman bilang "Na.. Goyang." Hahaha.

Sejujurnya, saya belum pernah sama sekali ke Batam jadi ini adalah pengalaman pertama yang tak terlupakan. Selama ini saya hanya tahu kota Batam dengan ikon Jembatan Barelang, Welcome to Batam-nya, tas-tas koleksi Batam dan peralatan elektronik yang katanya bisa beli murah dibanding kota-kota lain di Indonesia. Nah, setelah sampai dan menginjakkan kaki di kota Batam, wagelaseh! Ternyata kita bisa beli tas-tas cantik, parfum, oleh-oleh coklat, souvenir Singapur, Malaysia, dan Batam di Nagoya Hill ini.

Nagoya Hill

Masuk dari depan Mall Nagoya
Tempat ini terletak dikawasan komplek pertokoan dan hotel. So, letaknya strategis. Dari hotel kami memesan layanan taksi online Grab untuk mengantar kami kesana. Sayangnya, mba supir Grab rada takut karena daerah pelabuhan sudah ada taksi khusus berwarna kuning dan plat kuning memang dilegalkan nge-tem disana. Makanya agak gimana gitu yach, hehe. Namun mba ini dengan hebatnya bawa mobil Brio kedalem dan jemput kami. Dia orangnya ramah, cantik dan jilbaber nih.
Sesampai di Nagoya Hill, kami masuk dari pintu belakang dan berjalan menyusuri lantai 1, disini kami berkeliling melihat toko dan penjaja di selasar. Ada aneka tas, pakaian, sepatu, pernak-pernik, makanan, mainan anak, parfum dan lainnya. Ada beberapa toko menuliskan SALE artinya harga diskon. Nah, seneng banget nih bagi gue dan emak-emak dapet harga murah tapi kualitas oke. Haha.

Hotel Nagoya Hill
Suasana didalam mall






















Disini saya beli tas buat mama dan oleh-oleh buat temen-temen. Disini ada chatime dilantai 2. Berhubung ini perdana kesini. Jadi semua lantai di mall ini kami telusuri dan jelajahi. Pegel-pegel dah kaki. Biarin! Yang penting happy hehe. Untuk solat, ada mushola di lantai dasar dekat parkiran mobil dan toko jual handphone. Untuk turun tinggal pake eskalator saja, tidak jauh dari eskalator belok kanan dan kanan lagi, ikutin petunjuknya. Mudah kok.
Kami pergi kesini berempat, ada Yuk Catrin, Bu Mar, saya dan Yuk Ida. Semuanya pulang bawa tentengan! Yang paling banyak yah Yuk Ida. Dia beli tas 3, mainan anak banyak, oleh-oleh udah dicicil. Kalau saya ga usah ditanya ya. Masih single jadi belum banyak bawaan ini itu. Beli sepenting dan seperlunya saja. Kami pulang pukul 6 sore, lama yah? Iya. Hampir 6 jam jalan-jalan, liat-liat, beli ini-itu, ga makan, cuma solat, cuma beli minum, duduk-istirahat dan pulang.
Pulangnya kami harus memesan GoCar dari luar Nagoya Hill, ya harus jalan kaki keluar dan menyeberang sampai depan hotel diseberang mall yaitu Nagoya Hill Hotel. Kenapa? Karena Grabnya ga mau masuk dan dilarang kali. Bayarnya cuma Rp 17.000 dari Nagoya ke Hotel Zest.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan