Dear sahabat, kau tahu apa yang menyakitkan di muka bumi ini?
Hingga dadaku terasa nyeri, sesak sampai tak bisa bernafas.
Bagi seorang anak kecil yang polos mengenakan pakaian putih biru dulu ialah ditinggalkan olehmu, ya sahabatku.
Sebenarnya bukan ditinggalkan juga, simak dulu kisahnya.
Berteman sejak kecil sebelum duduk di bangku menengah, kita berkawan dari pakaian putih merah, bersekolah di sekolahan yang jauh dari kota.
Sekolah yang ada di tengah-tengah perumahan. Untuk sampai ke sekolah, harus melewati jalan raya selebar 3 meter dengan disisi kiri kanan jalan ialah hutan.
Di masa sekarang, sekolah ini jauh lebih hebat. Memang fakta menunjukkan bahwa sekolah-sekolah lebih baik kalau murid seperti kita sudah lulus.
Artinya kenapa kita tidak memiliki kesempatan untuk menikmati sekolah sendiri dengan kondisi yang lebih layak? Haha
Pun jalan menuju ke sekolah masa kecil kita, wah! Sudah sangat lebar 3 kali lipat dan diatasi sedang dibangun proyek jalan kereta api super cepat.
Kita dulu tak pernah menebak apa yang akan terjadi 10-20 tahun dari tahun 2000an. Kota kita berkembang dengan gesit.
Itu SD kita, yang sudah berganti nama dari 254 >> 191 >> 154 dan sekarang tahun belakangan diganti menjadi 133.
Sekolah negeri di komplek PDK.
Beberapa hari yang lalu aku ke sekolah itu, mengunjungi dan bernostalgia dengan tempat dengan dominan warna biru.
Sudah sangat layak sekali sekolah kita. Ruang kelas 2 tingkat. Lapangan panjang sudah disemen. Tanaman ditanam dengan baik, ada hidroponik pula.
Ruang guru bersih, rapi dan tertata dengan indah. Juga ruang kepala sekolah. Enak dipandang. Namun, jajanan yang sering kita beli dulu sudah mulai punah.
Tak ada lagi "cabutan", "lontong nek Idil", "Telok gulung". Mungkin mereka kalah dengan makanan hits masa kini. Eaaaaa
Aku masih ingat sahabat, di suatu sore kita pulang. Itu waktu kelas 4. Matahari sedang tinggi. Jalan rumah kita searah. Kita pulang bareng.
Aku disuruh "mamak" bawa payung, siapa tahu hujan atau kepanasan. Payung Hitam motif bunga-bunga yang lebar. Sebenarnya aku malu bawa payung besar itu ke sekolah, tapi akuenurut. Rupanya payung itu berguna, aku bentangkan ketika kita pulang bersama. Aku takut kulitmu yang putih itu jadi gosong akibat matahari. Jadilah kita sepayung berdua petang itu.
Pernah. Di hari yang ada jam pelajaran olahraga dan senam SKJ bersama. Kita memakai baju olga (singkatan olahraga). Bajunya warna biru kuning dengan tulisan di belakang nama sekolah kita.
Dibawah pohon nangka besar didepan kelas 4C, kita mengobrol. Dan kau katakan bahwa celana olgaku sudah pendek sekali, tak pantas dipakai di sekolah.
Aku menunduk dan melihat ke bawah, benar juga dalam hatiku. Celana ini sudah di atas lutut, tak cocok dipakai ke sekolah.
Maka pulangnya aku langsung bilang ke mamak untuk dibelikan celana olga baru. Darimulah aku dapat celana sekolah baru. Hihihi
Waktu sekolah menengah, kita sekolah di tempat yang sama.
Waktu kelas 8, kita satu kelas dan duduk berdekatan.
Kita semakin akrab dan kau mulai jatuh cinta dan berpacaran.
Kita buat kelompok bersama, masak bersama, ke rumah teman kita sepulang sekolah sama-sama.
Ke mall dan belanja sama-sama, dan banyak hal lainnya.
Sebenarnya dulu aku sangat menyayangimu namun aku tak tahu cara mengungkapkannya.
Hingga kau sering tak masuk ke sekolah karena penyakitmu.
Dan sesuatu terjadi hingga kau pindah ke sekolah entah kemana.
Dengar-dengar kau ke luar kota.
Setelah itu kami tak tahu kabarmu. Hingga kami cari-cari keberadaanmu.
Hingga dadaku terasa nyeri, sesak sampai tak bisa bernafas.
Bagi seorang anak kecil yang polos mengenakan pakaian putih biru dulu ialah ditinggalkan olehmu, ya sahabatku.
Sebenarnya bukan ditinggalkan juga, simak dulu kisahnya.
Berteman sejak kecil sebelum duduk di bangku menengah, kita berkawan dari pakaian putih merah, bersekolah di sekolahan yang jauh dari kota.
Sekolah yang ada di tengah-tengah perumahan. Untuk sampai ke sekolah, harus melewati jalan raya selebar 3 meter dengan disisi kiri kanan jalan ialah hutan.
Di masa sekarang, sekolah ini jauh lebih hebat. Memang fakta menunjukkan bahwa sekolah-sekolah lebih baik kalau murid seperti kita sudah lulus.
Artinya kenapa kita tidak memiliki kesempatan untuk menikmati sekolah sendiri dengan kondisi yang lebih layak? Haha
Pun jalan menuju ke sekolah masa kecil kita, wah! Sudah sangat lebar 3 kali lipat dan diatasi sedang dibangun proyek jalan kereta api super cepat.
Kita dulu tak pernah menebak apa yang akan terjadi 10-20 tahun dari tahun 2000an. Kota kita berkembang dengan gesit.
Itu SD kita, yang sudah berganti nama dari 254 >> 191 >> 154 dan sekarang tahun belakangan diganti menjadi 133.
Sekolah negeri di komplek PDK.
Beberapa hari yang lalu aku ke sekolah itu, mengunjungi dan bernostalgia dengan tempat dengan dominan warna biru.
Sudah sangat layak sekali sekolah kita. Ruang kelas 2 tingkat. Lapangan panjang sudah disemen. Tanaman ditanam dengan baik, ada hidroponik pula.
Ruang guru bersih, rapi dan tertata dengan indah. Juga ruang kepala sekolah. Enak dipandang. Namun, jajanan yang sering kita beli dulu sudah mulai punah.
Tak ada lagi "cabutan", "lontong nek Idil", "Telok gulung". Mungkin mereka kalah dengan makanan hits masa kini. Eaaaaa
Aku masih ingat sahabat, di suatu sore kita pulang. Itu waktu kelas 4. Matahari sedang tinggi. Jalan rumah kita searah. Kita pulang bareng.
Aku disuruh "mamak" bawa payung, siapa tahu hujan atau kepanasan. Payung Hitam motif bunga-bunga yang lebar. Sebenarnya aku malu bawa payung besar itu ke sekolah, tapi akuenurut. Rupanya payung itu berguna, aku bentangkan ketika kita pulang bersama. Aku takut kulitmu yang putih itu jadi gosong akibat matahari. Jadilah kita sepayung berdua petang itu.
Picture by Akbar Tanjung
Pernah. Di hari yang ada jam pelajaran olahraga dan senam SKJ bersama. Kita memakai baju olga (singkatan olahraga). Bajunya warna biru kuning dengan tulisan di belakang nama sekolah kita.
Dibawah pohon nangka besar didepan kelas 4C, kita mengobrol. Dan kau katakan bahwa celana olgaku sudah pendek sekali, tak pantas dipakai di sekolah.
Aku menunduk dan melihat ke bawah, benar juga dalam hatiku. Celana ini sudah di atas lutut, tak cocok dipakai ke sekolah.
Maka pulangnya aku langsung bilang ke mamak untuk dibelikan celana olga baru. Darimulah aku dapat celana sekolah baru. Hihihi
Waktu sekolah menengah, kita sekolah di tempat yang sama.
Waktu kelas 8, kita satu kelas dan duduk berdekatan.
Kita semakin akrab dan kau mulai jatuh cinta dan berpacaran.
Kita buat kelompok bersama, masak bersama, ke rumah teman kita sepulang sekolah sama-sama.
Ke mall dan belanja sama-sama, dan banyak hal lainnya.
Sebenarnya dulu aku sangat menyayangimu namun aku tak tahu cara mengungkapkannya.
Hingga kau sering tak masuk ke sekolah karena penyakitmu.
Dan sesuatu terjadi hingga kau pindah ke sekolah entah kemana.
Dengar-dengar kau ke luar kota.
Setelah itu kami tak tahu kabarmu. Hingga kami cari-cari keberadaanmu.
Komentar
Posting Komentar