Langsung ke konten utama

Kegelisahan

Saat ini, daku mengalami gundah. Entah kemana sebenarnya kemana kaki ini berpijak, menetap dan hati ini yakin akan sesuatu.
Akan pekerjaan yang aku idamkan. Akan dimana aku akan tinggal dan mengabdi.
Mimpi-mimpi... Daku melambungkan banyak harapan setiap hari, memohon agar hari ini semakin baik, lagi terbaik dari hari kemarin. Meminta supaya pintu rejeki hari ini berkah dan diturunkan kepada hamba supaya tidak kelaparan.
Target-target, aku harus ini, aku harus bisa punya itu tahun ini adalah angan yang memang sulit digapai. Mengingat aku hanya mengabdi pada sebuah sekolah dasar negeri, gaji tak seberapa, dapatnya lambat pula. Beda dengan mereka yang PNS, gaji besar dan selalu tepat waktu.
Awalnya aku membuka usaha rintisan, bermodal kecil, dan menggunakan dapur rumah bibik ku. Membuka les untuk anak SD. Lalu tawaran mengajar les privat berdatangan dan aku terima. Berbulan-bulan aku hidup dari penghasilan itu, dipotong bayar kontrakan 550ribu, makan sehari-hari, bensin motor, listrik prabayar, dan kebutuhan lainnya. Sudah setengah tahun ini aku belum punya simpanan di bank.
Pencapaian terbesarku pada semester ini ialah mampu membeli HP Android layar 5inch menggunakan uangku sendiri. Walau harganya hanya 1,7juta tapi aku senang dengan spesifikasinya. Juga tak menjual hp galaxy young duos ku untuk membeli nya. Alhamdullilah. .
Pulang mudik ke Palembang hampir sebulan, berkunjung ke rumah Wak ini, bibik itu, mamang, dll waktu sanjo lebaran, timbullah permasalahan "begawe di Palembang bae, daripada disano masih nak ngontrak, tinggal dewekan, jauh dari wong tuo, dll"
Sampai aku turuti membuat lamaran kerja sana sini supaya bisa tinggal di Palembang. Alhasil, sampai hari ini aku blm ada panggilan.
Ada suka ada duka, ada senang ada sedih, ada betah ada rindu.
Sekarang tanggal 31 Juli. Besok 1 Agustus. Bulan delapan dari bulan keduabelas. Aku bimbang, aku ragu. Balik atau tetap disini???

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan