Langsung ke konten utama

Batu Belimbing! Memang Benar Mirip Buah Belimbing

Pulau Bangka memang banyak memiliki surga tersembunyi. Kenapa tersembunyi? Ya karena tempat wisata yang cantik dan indah ini terletak di bagian selatan pulau. Bergerak menuju Kota Toboali dari Kota Pangkalpinang akan memakan waktu kurang lebih 2,5 jam mengendarai kendaraan bermotor berjakrak 125 km dengan jalan yang mulus karena sudah beraspal. Untuk menuju Tobali di Kabupaten Bangka Selatan, kita akan melewati Kota Koba, Kabupaten Bangka Tengah, juga perkampungan, perkebunan dan hutan.

Batu Belimbing ini merupakan salah satu pesona wisata alam yang menggoda untuk dikunjungi oleh tiap wisatawan. Bayangkan! Bagaimana caranya dua batu besar dapat bertindihan? Apakah manusia mampu memindahkannya? Inilah cara manusia mentadaburi alam. Hanya kuasa Allah yang mampu membuat yang mustahil menjadi bisa saja terjadi.
Kontur batu ini memiliki sisi yang bergaris-garis menjulang secara vertikal sehingga kebanyakan orang yang melihat batu ini akan menyebutnya sebagai batu belimbing atau dalam bahasa inggris disebut starfruit stone. Seorang kakak tingkat yang menemani kami kesini mengatakan bahwa konon dahulu ada ombak besar yang menerjang dan membawa batu ini hingga ke daratan sehingga batu yang diatas diletakkan oleh Sang Pencipta diatas batu laiinnya sehingga terlihat seperti pada gambar.
Untuk memasuki lokasi ini, cukup berjalan menuju Pantai Batu Perahu. Sebelum sampai ke pantai, tepat di sebelah kanan akan terlihat batu ini. Tidak susah mencarinya karena dengan bentuknya yang besar sangat mudah terlihat oleh mata kita. Baru-baru ini Komunias Pemuda Toboali yang mencintai Motor Vespa membuat plang nama untuk tempat wisata ini dengan papan kayu yang berwarna-warni sehingga pengungjung bisa membaca nama lokasi wisata ini. Keren bukan?
Tunggu apalagi? Ayo ajak keluarga dan teman atau sobatmu untuk mengunjungi batu granit berbentuk buah belimbing di Toboali ini. Biaya masuk? Gratis kok. Dompet kamu tetep aman. Wkwk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan