Langsung ke konten utama

Pemulung Yang jujur


            Suatu pagi menjelang siang, seorang pemulung barang-barang bekas dan plastik sedang melakukan rutinitasnya seperti biasa. Hari ini ia mengitari sebuah kampung yang mempunyai banyak kos. Ya, di kampung tersebut ada sebuah universitas negeri ternama. Wajar jika banyak kos disana.
            Seorang pemulung itu tidak membutuhkan banyak omong. Ia hanya harus memperhatikan ke permukaan bumi dimana disana ia dapat menemukan berbagai barang-barang bekas dan bisa dijual kembali.
            Di deretan kos yang banyak, ia memulai peruntungannya, barangkali terdapat banyak plastik-plastik disana. Ketika ia berada di suatu halaman belakang dari deretan beberapa kos, terdapat banyak plastik. Ia mulai mengais-ngais menggunakan tongkat besi yang setia menemani dan sebuah karung besar di pundak. Benar, disana banyak plastik. Lalu ada sebuah kantung plastik yang berwarna putih yang tentu saja akan terlihat apa isi dari kantong tersebut. Kumpulan botol plastik. Kantong itu dikaitkan ke batang pohon jeruk. Sepertinya sengaja dilakukan oleh pemiliknya. Bagi pemulung yang mengutamakan uang, ia akan mengambil kantong plastik itu dan segera meletakkannya ke dalam karung besar. Namun tidak bagi bapak tua si pemulung ini. Ia hanya mengambil plastik sampah saja. Ia jujur. Itu bukan haknya. Ia tak boleh mengambil barang orang tanpa ijin.
            Lama ia menghabiskan waktu di belakang kos itu. Ia dapat banyak. Lalu seorang gadis remaja yang sedang menjemur pakaian sedang memperhatikan si pemulung. Bapak itu tahu. Terlihat raut kecurigaan pada perempuan itu. Namun lama kelamaan, ketika pak Tua ingin beralih ke tempat yang lain, gadis itu memanggilnya.
            “Pak, sini Pak.” Sahutnya dari kejauhan.
            Pak Tua langsung menghampiri. Ternyata ia diberikan banyak botol plastik oleh gadis itu. Dari botol bekas minuman air biasa, botol bekas saus cabe, botol minuman teh hingga botol minuman susu.
            “Wah, ini rejeki saya hari ini.” Bisiknya.
            Lalu gadis itu memberinya beberapa lembar uang lima ribuan yang terlihat masih sangat baru. Dan pak Tua mengucapkan terima kasih dan segera mencari tempat yang bisa memberinya rejeki.

Dari kisah ini, saya salut dengan kejujuran pak Tua yang tidak mau mengambil hak orang lain walau ia tahu itu adalah gudang rejeki baginya. Ia percaya bahwa rejeki itu sudah ada yang mengatur. Tiap manusia ada porsi masing-masing. Tuhan itu adil. Hingga ia mendapatkan rejeki yang tak disangka-sangka dari seorang gadis penghuni salah satu kos. Luar biasa!

Created by : ANP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan