Pagi harinya
kami mengadakan solat subuh berjama’ah. Kemudian berkumpul untuk meregangkan
otot dan badan agar lebih sehat. Kami melakukan senam bersama diatas pasir
pantai yang lembut sehingga kami tak satupun memakai sandal. Hehe. Lanjut, kami
mandi dan sarapan pagi. Selanjutnya beres-beres barang dan merapihkan tenda.
Kami akan berangkat ke tujuan berikutnya. Terdapat 2 pulau yang sangat sayang
dilewatkan jika sudah ke Pulau Nangka. Pulau Pelepas dan Pulau Begadung adalah
2 pulau kecil tak berpenghuni yang berdekatan dengan Pulau Nangka. Cukup
mengendarai perahu sekitar 15 menit menuju Pulau Pelepas.
Pict 9. Perahu kami berlabuh anggun di Pulau Pelepas |
Pulau ini
terdapat mercusuar yang menjulang tinggi. Terdapat diatas bukit ditengah Pulau Pelepas.
Mercusuar ini dibangun pada masa Belanda menjajah Indonesia dan digunakan untuk
memberi tanda ke kapal laut. Kondisi mercusuar ini bercat putih dan memiliki
ketinggian kurang lebih 15 meter. Sayang, kita tak bisa masuk kedalam mercusuar
dan menaikinya karena terkunci. Mercusuar ini sepertinya sudah lama tidak
diurus dan ditinggalkan, terlihat dari banyak rumput dan kondisi penginapan
disekelilingnya, kotor dan berdebu. Sungguh disayangkan. Mungkin kegunaan
mercusuar ini tidak lagi dimanfaatkan sehingga mercusuar ini terabaikan. Tapi
tak mengapa. Mungkin kehadiran kami yang berkunjung sebentar dapat mengobat
rasa kesepian mercusuar ini kali ye. Hehehe.
Pict 10. Mercusuar Pulau Pelepas |
Setelah mengambil beberapa foto dan video,
kami turun lagi ke bawah, ke pantai tempat kami mendaratkan perahu. Kemudian
kami berangkat menuju pulau sebelahnya, yaitu Pulau Begadung.
Pulau ini tidak terlalu besar seperti Pulau Pelepas. Kami hanya mampir sebentar untuk berfoto
karena kami khawatir. Kenapa? Yaaa, ombak akan semakin tinggi jika
kami kembali ke pelabuhan tanjung pura sudah mendekati magrib. Sekitar 15-30
menit kami mengunjungi pulau ini. Kemudian kami bergegas
menaiki perahu yang kami sewa dan bergerak menuju Pelabuhan Tanjung Pura.
Dengan
sigap, Bapak Pengemudi Nelayan melepas tali pengikat perahu, perahu berbelok
dan berlayar menelusuri lautan. Dibawah sinar matahari sore hari, ikan-ikan
berenang dan burung-burung laut berterbangan. Aku bersyukur masih diberikan
umur oleh Allah untuk menikmati pemandangan langka yang ku temui di kota.
Byur... Ombak menyapu perahu, makin lama makin kencang. Teman-temanku yang
duduk di bagian depan bajunya setengah basah. Aku duduk dibagian samping.
Sekitar 30 menit terombang ambing di lautan, kami tiba di pelabuhan. Sayang,
air sedang pasang dan turun hujan, tinggi sekali sehingga perahu tidak bisa
benar-benar mendekati bibir pantai. Kami dengan terpaksa menyeburkan diri, membasahi
setengah badan dengan air laut yang berwarna coklat karena lumpur. Hehehe. Pakaian
kami basah. Sambil menenteng tas masing-masing, kami berjalan menuju warung di
pelabuhan, meletakkan tas dan membersihkan diri di MCK dekat pelabuhan dengan
sumur yang besar. Alhamdulillah kamar mandinya bersih dan terawat, juga gratis!
Kemudian beberapa orang dari kami memesan mie kuah dan pempek di warung,
mengisi perut yang kelaparan.
Pict 11. Selfie di perahu :D |
Hari masih hujan, ketika dua orang dari rombongan mengatakan tidak bisa menemukan tas ranselnya di perahu. Oh No! Bagaimana ini? Sudah dicari-cari di pelabuhan tapi tidak ketemu. Mungkin terbawa di perahu yang sudah kembali ke Pulau Nangka lagi. Bang Junai dan Pak Kadus menelepon Bapak Pengemudi Kapal tetapi tidak dapat dihubungi, terkendala sinyal di laut. Ya, dengan sedih, teman kami kembali ke Desa Dalil tanpa tasnya.
Hujan masih
turun ketika hari sudah menunjukkan pukul empat sore, kami menaiki mobil yang
diparkir di pelabuhan. Kali ini aku naik mobil pick-up dengan rombongan cewek. Walau
hujan rintik-rintik masih mengguyur, kami tetap jalan sambil mengobrol dan
ketawa-ketawa. Terpal, kardus, jaket kami gunakan untuk menutupi pakaian kami
yang basah. Seru sekali! Lalu tak terasa, mobil sampai di rumah Diar, dekat
lapangan bola Desa Dalil. Kami berpisah disana, saya dan Caul menumpang mobil
Bang Joni sampai depan jalan rumah Caul. Kurang lebih 15 menit sebelum magrib
kami tiba dirumah. Bapak lagi duduk di kursi meja makan sambil mendengarkan
berita tentang gempa Palu dan Donggala yang berkekuatan besar.
Dari perjalanan
ini, aku banyak belajar tentang alam. Menghargai laut dan menghormati isi hutan
di 3 pulau yang kami datangi. Untuk tidak merusak, tidak membunuh hewan langka
dan terlarang. Untuk senantiasa menjaga kearifan lokal, bercakap ramah dan
hangat pada penduduk lokal. Untuk membuka wawasan baru terhadap daerah yang
kami kunjungi. Untuk bersahabat dengan siapapun, berteman dengan yang muda maupun
tua. Untuk mengenal kehidupan orang lain, memahami perasaan mereka dan tidak
menyakiti hati orang-orang yang jauh dari kemajuan teknologi. Untuk makan
bersama dengan lebih rapih dan senantiasa berbagi. Untuk menjaga lingkungan
yang kami datangi supaya tetap bersih. Untuk bersama-sama membangun
kekeluargaan yang tercipta baik dengan kawan baru atau masyakarat terpencil. Untuk
mendukung pariwisata Indonesia agar lebih dikenal banyak orang. Untuk menyiapkan
segala sesuatu sebelum berpergian bersama-sama dan membereskannya lagi
bersama-sama. Seperti kalimat bijak yang mengatakan, “Berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing”. Untuk merawat keindahan Allah yang telah diciptakan
agar tetap bisa dinikmati oleh orang lain.
Pict 12. Foto Bersama Rombongan Karang Taruna Desa Dalil, Bapak Kadus Baru dan Kadus Lama |
Special
Thanks To :
Kedua Orang
Tua angkatku di Desa Dalil yang selalu menganggapku anaknya sendiri, dikasih
makan, dikasih tempat tidur nyaman, diceritakan segala hal. Caul alias Naura
Rasaty Ungu, anak ibu bapak. Bang Junai yang selalu ngajak pergi main. Pak
Kadus Pulau Nangka yang telah memfasilitasi kami. Karang Taruna Desa Dalil yang
sudah berteman baik denganku, Kiki, Bang Ayeng, Puy, Lola, dll. Bang Alvin atas
foto cantik dan kendaraan roda empatnya. Bang Joni atas mobil pick-up nya.
Diar, jago masakm ngelucu dan rame. Nurul Rita Ramadhani, kawan baru yang kerja
di Bank Sumsel Babel Syariah yang ramah, cantik dan baik hati.
Bonus Foto: Temen w namanya Nurul |
Komentar
Posting Komentar