Langsung ke konten utama

Aku, Kamu dan Setiap Orang Bertanggung Jawab Melestarikan Hutan

Ayo siapa yang suka nonton serial yang ditayangkan di Trans 7 dengan nyanyian pembukanya ;
Bolang si Bolang...
Si Bocah Petualang
Kuat kakinya seperti kaki kijang
Hap... Hap... Hap... Hap... Hap...

Ayo ngaku! Hehe. Aku suka loh! Sejak kecil aku bersama dua adikku selepas pulang sekolah suka menonton tayangan positif ini. Apalagi nontonnya sambil makan siang. Nikmaaat!

Kami bertiga suka menonton ini karena menayangkan petualangan seru seorang anak kecil sekitar umur 5 hingga 12 tahun di desanya. Ia tak sendiri, biasanya ditemani dengan kawan-kawan. Mereka melakukan kegiatan seru yang biasa mereka lakukan, seperti memancing, berenang atau menjala ikan di sungai, berburu di hutan, memanjat pohon, bernyanyi sambil bermain musik, mencari buah yang bisa dimakan, bahkan memasak dan membuat karya seni bersama ibu-ibu di desa tersebut. Tontonan ini bagus sekali bagi anak-anak Indonesia karena menampilkan keindahan dan kekayaan alam negeri ini. Terutama bagi kami yang tinggal di kota dan jarang merasakan suasana alam seperti mereka. Bisa, tetapi saat pulang kampung ke rumah nenek saja setahun sekali.

Aktivitas anak-anak yang ditayangkan oleh Si Bolang Trans 7 ini kebanyakan dilakukan di hutan. Menurut KLHK (2018), hutan adalah suatu wilayah dengan luasan lebih dari 6,25 ha dengan pohon dewasa lebih tinggi dari 5 meter dan tutupan kanopi lebih besar dari 30%. Kita dapat menemukan banyak hutan di sepanjang daratan Indonesia. Terbentang dari sebelah barat hingga timur, begitupun dari utara hingga selatan. Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pengaruh musim ini menunjukkan keanekaragaman hutan yang ada di Indonesia.
Temen-temen pastinya akrab dong dengan kata 'hutan', even tinggalnya di kota-kota besar. Jika kita sedang berkeliling, kita dapat melihat hutan kota, seperti Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu yang ada di Palembang atau TWA Angke Kapuk di Jakarta. Menurut Dishut Provinsi Jawa Barat, jenis-jenis hutan di Indonesia berdasarkan terbentuknya terdiri dari :
1. Hutan alam, yaitu suatu lapangan yang bertumbuhan pohon-pohon alami yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Hutan alam juga disebut hutan primer, yaitu hutan yang terbentuk tanpa campur tangan manusia.
2. Hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia.

Forest Talk with Bloggers Palembang
Sebuah yayasan bernama Yayasan Doktor Sjahrir menggelar acara bincang-bincang, diskusi dan mengadakan mini-exhibition hari sabtu lalu, 23 Maret di Kuto Besak Theater Restaurant, dengan tema "Menuju Pengelolaan Hutan Lestari". Kegiatan ini sangat menarik untuk diikuti oleh para blogger Palembang, pihak media dan kompasianer untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang menjaga lingkungan dan kelestarian hutan. Acara ini dipandu oleh Amril Taufik Gobel dan dengan pembicara pertama, Dr. Amanda Katili Niode, Manager The Climate Reality Project Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa  kegiatan manusia yang berlebihan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim.

Sebuah langkah sederhana untuk mengurangi emisi gas pada atmosfer di bumi ini ialah mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai atau sering dikenal kantong asoi / kresek. Tanpa kita sadari, setiap kita belanja di warung dekat rumah, swalayan dan supermarket pastinya pulang dengan membawa kantong plastik. Tahukah kamu bahwa plastik adalah bahan yang sangat sulit diurai menjadi bentuk yang lain? Maka dari itu, untuk tetap menikmati udara segar dan tidak menambah jumlah sampah plastik di laut dan sungai, marilah kita sedikit demi sedikit mengurangi penggunaan kantong plastik dengan cara membawa tas belanjaan sendiri dari rumah. Tas yang terbuat dari anyaman atau tottebag yang lucu dan cantik.

Back to Forest again nih. Hutan dapat mengalami konversi dalam skala besar dan skala kecil. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Atiek Widayati (Tropenbos Indonesia) dalam paparannya yang menyebutkan konversi hutan skala kecil berupa penebangan/pembalakan hutan untuk tanaman, seperti pohon akasia dan sawit. Konversi hutan skala kecil berupa pembukaan lahan yang biasa dilakukan oleh warga untuk membuka kebun, ladang dan pertanian lahan kering. Terus kenapa dong kalau terjadi konversi hutan? Itu berdampak pada berkurangnya biomasa vegetasi (penyerapan gas C dari karbondioksida) sehingga kita merasakan kian hari bumi makin panas. Betul kan?

Masih ingetkah kamu pada tahun 2015 terjadi kebakaran hutan hebat di Indonesia? Kejadian buruk dimana kita tidak bisa menghirup udara segar, keluar rumah pakai masker dan aktivitas luar menjadi terbatas. 7 provinsi mengalami kabut asap mulai dari Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Papua. Penyebabnya ialah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) baik di hutan rawa gambut maupun hutan hujan tropis. Hampir 98% kebakaran hutan terjadi akibat kegiatan manusia, sisanya kecil terjadi secara alamiah. So, untuk mencegah masa lalu yang buruk terulang lagi, marilah kita mengembalikan fungsi hutan seperti sedia kala melalui pengelolaan lanskap berkelanjutan. Beberapa hal yang dapat kita lakukan yaitu :
1. Mendukung hasil hutan bukan kayu
2. Pemanfaatan jasa ekosistem (hutan)
3. Mendukung ekonomi masyarakat tepi hutan
4. Mendukung produksi kayu berkelanjutan

Cerdas dan Kreatif dalam Mengelola Sumber Daya Alam

Jalan-jalan ke hutan, lihat apa saja sih? Anak kecil aja bisa jawab. Lihat pohon, burung, bunga, monyet, akar, rotan, rumput, semak, ular, lumut, buah-buahan, dan banyak lagi. Berbagai sumber daya alam yang ada di hutan dapat kita manfaatkan dan diperdayakan untuk mewujudkan ekonomi kreatif. Warga desa umumnya yang tinggal dekat dengan hutan biasa memanfaatkan hasil hutan untuk memasak, mengobati penyakit, membuat anyaman tikar, bambu, topi, dll. Hasil hutan itu juga dapat dijual kepada pembeli dan meningkatkan penghasilan warga, terutama ibu-ibu. Saat ini, pemerintah telah membentuk sebuah badan yang bertugas memberdayakan hasil alam dan membuat hal yang bermanfaat dari kearifan lokal setempat. Badan tersebut merupakan Badan Usaha Milik Desa, disingkat dengan BUMDes. Pemerintah melalui Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi terus berupaya membangun dan mendukung kegiatan pengelolaan hutan adat dan desa, industri pariwisata dan pengembangan produk unggulan lokal.

Ir. Murni Titi Resdiana, MBA (Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Pengendalian dan Perubahan Iklim) menjelaskan tentang kebermanfaatan pohon untuk ekonomi kreatif berupa :
1. Pohon sebagai sumber serat
2. Pohon sebagai sumber pewarna alam
3. Pohon sebagai bahan kuliner
4. Pohon sebagai sumber furniture
5. Pohon sebagai sumber barang dekorasi
6. Pohon sebagai sumber minyak atsiri

Desa Makmur Peduli Api

Desa Makmur Peduli Api (DMPA) ialah desa yang tinggal berjarak 3 kilometer dari APP Sinarmas. Janudianto dari Corporate Social and Security Division Asia Pulp and Paper (APP) Sinarmas bercerita dan memberitahu tentang minimnya pengetahuan warga desa dalam mengelola hutan. Mereka yang belum memiliki edukasi tentang bahaya pembukaan lahan dengan cara membakar hutan diajak dan dirangkul bersama untuk lebih peduli terhadap api, yang dikenal dengan program Desa Makmur Peduli Api ini. Sebanyak 284 desa di 5 provinsi di Indonesia, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur merupakan Desa Makmur Peduli Api. Mereka diberikan pelatihan tentang pengendalian api, pengelolaan hasil ternak, kebun dan sawah. Selain itu, mereka yang memiliki potensi pariwisata di desanya didukung oleh APP Sinarmas untuk mendirikan spot pariwisata sebagai peningkatan pendapatan desa. Sejauh ini sudah dibangun 5 spot pariwisata dan kedepannya akan terus dikembangkan.

Mini Exhibition Produk Alam Lokal

Disini terdapat beberapa stand yang menampilkan dan memajang produk-produk olahan kayu, pohon dan hasil tanaman dari berbagai daerah. Ada Mellin Galery memproduksi dan menjual gantungan kunci dan tas dari kayu jati dan kayu lainnya. Ada Galeri Wong Kito dengan produk andalan pewarnaan alam gambo moeba, pewarnaan ecoprint dengan menggunakan daun dan menjual kain jumputan. Ada pula produk desa binaan dari APP Sinarmas menjual olahan makanan dari ubi kayu, pisang, abon dan jahe merah. Nah, sayang sekali di kesempatan emas ini tidak icip-icip hasil produk lokal atau lihat-lihat kain jumputan cantik dari koleksi mini exhibition ini. Jangan lupa beli ya! Hehe.

Galeri Wong Kito mengajarkan kami teknik perwarnaan alami menggunakan daun dan bahan pendukung lainnya. Disini mba Anggi dengan sabar menunjukkan cara membuat kain polos jadi cantik dengan pewarnaan dari daun jati, baik yang muda maupun tua dengan cara dipukul. Kami belajar bersama dan mendapatkan ilmu baru.

Demo Masak Olahan Hutan

Para audiens kebanyakan kaum hawa yang hobi makan, eh masak. Kaum adam juga antusias belajar resep dari chef yang mengajarkan cara mengolah jamur dengan baik agar jadi masakan yang sedap. Mushroom in Paradise merupakan olahan berbagai jamur yang digoreng dan dimakan dengan saus. Chicken Wing Saos adalah sayap ayam yang dilumuri tepung terigu dan digoreng jadi masakan yang enak. Wahhhh... Setelah dicicip, ternyata enak banget dan bikin nagih!

Intisari

So, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri dan mulai dari yang terkecil. Mulailah untuk mengembalikan fungsi hutan, mengurangi penggunaan kantong plastik, mendukung hasil hutan bukan kayu, mendukung ekonomi kreatif lokal, stop membakar hutan, membeli produk unggulan lokal dan jangan lupa menanam dan merawat pohon di sekitar kita. Bukan tidak mungkin untuk berpuluh tahun ke depan kita masih ingin anak dan cucu kita menikmati udara segar, lingkungan asri, tidak polusi dan masih dapat merasakan manfaat hasil hutan dengan melakukan perubahan sejak dini. Ajak orang-orang di sekitar kita untuk lebih peduli dengan lingkungan tanpa mengenal latar belakang individu tersebut. Aku, kamu dan setiap orang harus bertanggung jawab ya mewarisi harta yang paling berharga berupa kekayaan alam yang harus tetap dijaga. Salam Lestari. Cintai Negeri Ini!

Note : 
Bagi yang penasaran  dengan Yayasan Doktor Sjahrir bisa explore lebih dalam website http://yayasandoktorsjahrir.id/

This writing contribute to http://lestarihutan.id/

Komentar

  1. sejak ikutan acara forest talk ini jadi lebih ngeh tentang peran kita untuk jaga setidaknya perubahan iklim.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi sadar peran manusia ga hny sekedar menikmati tp jg menjaga ya hehe

      Hapus
  2. Semoga dengan adanya artikel ttg pentingnya menjaga hutan ini dapat sampai ke pembaca dgn bijak. Semoga mereka tau betapa pentingnya paruparu kita ini. Jaga bumi kita, dengan mengaja hutan agar lestari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaps harapan kita seperti itu, semoga terwujud ya

      Hapus
  3. aku suka konsep milik DMPAnya sinarmas. Keren CSRnya .. mau peduli dgn warga di sekitarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi CSR kayak gini semua bukan ga mgkin hidup kita bs hirup udara segar kayak dulu

      Hapus
  4. Mulai dari diri sendiri, mulai dari kebiasaan kecil...asal konsisten

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan