Langsung ke konten utama

Ini Tempat Wisata di Palembang yang Bikin Suasana Hati Menyenangkan

Jenuh dengan aktivitas harian yang begitu-begitu saja dan bosan jika selalu jalan-jalan ke mall terus. Ini ada salah satu tempat wisata di kota yang rame dan padat bisa buat hati kamu jadi menyenangkan nih! Terletak di Jalan Kol H. Burlian KM 7 Kota Palembang, Anda bisa berkunjung ke Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu. Letaknya strategis karena bisa dilihat dari pinggir Jalan Lintas Sumatera. Untuk masuk dan menikmati pemandangan hutan kota ini cukup dengan membayar karcis sebesar Rp 10.000 per orang dan jika membawa kendaraan tambahkan menjadi Rp 5.000 per kendaraan.
Gambar 1. Wahhhh.... Ada banyak monyet

            Sejak lama, saya tidak menjejaki kaki di hutan ini dan baru akhir tahun lalu saya berkesempatan dan datengi lagi tempat ini bersama adik saya. Because kami datengnya hari kerja dan sore hari jadi tidak banyak orang yang berkunjung guys. Jadi ga perlu antri buat swafoto ya hehe. Sepeda, kendaraan roda dua atau roda empat bisa dibawa masuk dan berkeliling didalam. Pemandangan pohon pinus yang menjulang tinggi, hamparan rumput dan semak hijau sedap dipandang. Ada bunga-bunga yang sengaja ditanam di salah satu sisi yang bisa menarik perhatian kupu-kupu dan kumbang. Pada saat kami berkunjung kesini, ada pasangan sedang take foto pra-wedding nih, bersama kru fotografer dan MUA-nya pastinya. Memang tempat ini jadi sarana buat ambil foto bagus dan instagramable di Palembang. Ada juga anak-anak remaja kira-kira sama temen SMP-nya rame-rame naik motor buat refreshing. Di TWA Punti Kayu ada ikon berbentuk hati yang dihias bunga cantik warna-warni. Berjalan lagi ke bagian tengah hutan, ada pondok-pondok yang digunakan untuk makan dan berkumpul bersama. Bersama siapa? Bisa sama teman, sahabat, keluarga, keluarga besar atau keluarga mantan, eh. Yang terakhir, skip.
Gambar 2. Adik saya sedang berpose ria 

Sayangnya, pondok disini tidak terurus oleh pengelola. Sampah bekas makanan dan minuman teronggok diatas pondok. Tidak sampai menumpuk memang, tapi tak sedap dipandang mata. Kesadaran dari kita sebagai pengunjung hutan wisata dan sebagai warga negara yang baik juga diperlukan untuk membuang sampah ke tempatnya. Sudah disediakan loh kotak sampah disetiap sisi, masa’ buang sampah aja susah, males dan lesu. Malu kan ya kalau sampah dimana-mana? Hehe.
            Menariknya, di hutan ini kita bisa berinteraksi dengan makhluk liar penghuni dominansi hutan ini. Monyet! Hewan dari bangsa Mamalia ini memiliki ekor yang panjang, bertubuh kurang dari 40 cm, dan bergerak aktif di siang hari (diurnal). Pengelola TWA Punti Kayu memang sengaja tidak mengurung monyet didalam sangkar sebagai daya tarik wisatawan dan sarana interaksi manusia-hewan. Tapi, harus hati-hati dan waspada soalnya monyet disini hiperaktif, suka ngambil dan nyuri makanan dan minuman pengunjung. Waktu kami berkunjung dan asyik foto-foto saja, salah satu monyet sebut saja namanya Cikel, berani buka tas sekolah adik saya dan mengambil kantong putih kecil berisi susu dan coklat. Walhasil, susunya sudah digigit sama monyet dan saya hanya berhasil menyelamatkan coklatnya. Alhamdulillah hehe.
Gambar 3. Pengunjung sedang memberi makan kepada monyet di TWA Punti Kayu 

            Untuk umat muslim yang inign menunaikan solat, disini sudah tersedia mushola yang dibangun secara permanen bercat hijau putih. Letaknya dibawah bagian tengah hutan. Saat saya wudhu disini, airnya jernih. Solat pun jadi adem dan tenang karena ditiup AC alami alias angin sepoi-sepoi.
Menurut kacamata saya, perkembangan TWA ini sudah baik, spot foto sudah banyak ditambah, cocok buat anak muda. Wahana bermain anak tidak seperti dulu, sudah mengikuti zaman kekinian. Untuk mencoba wahana anak, kita perlu membayar lagi untuk dapat masuk ke wahananya. Cukup merepotkan sebenarnya, karena pengunjung harus membuka dompet ebrulang kali. Yang sebaiknya ditingkatkan ialah pemeliharaan fasilitas yang ada agar dapat bertahan lama dan pengelola dapat memantau kebersihan setiap sisi, sebagai contoh mukena dan sajadah di mushola kotor. Semoga pemerintah makin sadar akan pentingnya hutan kota ya supaya kedepan TWA Punti Kayu makin bermanfaat bagi semua orang.
Gambar 4. Menikmati indahnya alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lirik lagu "Ngumpul-ngumpul" lagu khas Bangka

Ngumpul-ngumpul sipak ungket di Girimaya Nek gi jalan nek gi mancing ke Pasir Padi Nari-nari nyanyi-nyanyi parai tenggiri Pilih bae ape nek e semuen ge ade **Banyak miak banyak bujang dr lah mane Bujang baru miak baru datang gi namu Ayo kawan kite sambut S'pintu Sedulang Adat negri sampai kini die lestari   Reff :  Cuma jgn ki lupa sopan santun dijage Dak kawa urang ngate ki gile Kite jage besame semboyan negri kite Berteman bersih tertib & aman  Ngumpul-ngumpul sekeluarga gi ke Pemali Kite mandi ayik anget badan ge seger Renyek nginep hawa seger gi ke Menumbing Dulu suah pale kite nginep disini Back to **

Resensi Novel Tenun Biru karya Ugi Agustono J.

Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia Identitas Buku Judul buku            : Tenun Biru Pengarang             : Ugi Agustono J. Penerbit                 : Nuansa Cendikia Alamat penerbit    : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung Kota terbit             : Bandung Jumlah halaman    : 362 halaman Ukuran                  : 14,5 x 21 x 2 cm Cetakan I              : November 2012 Harga                    : Rp. 50.000,- Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010. Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidik

Pengalaman Pertama Naik Kapal Ferry

Setiap diri dari kita pastilah pernah melakukan suatu perjalanan, baik itu dalam jarak yang dekat maupun jauh. Baik dilakukan dengan sendiri atau beramai-ramai. Setiap dari perjalanan itu memiliki suka dan duka masing-masing. Aku, sejak dilahirkan hingga kini menginjak usia dewasa, sudah beberapa kali melakukan perjalanan.  Enam tahun yang lalu, saat masa-masa kegalauan dan penuh ketidakpastian. Senja itu, aku duduk didepan seperangkat komputer di sebuah warnet, hendak mengecek pengumuman SNMPTN. Pukul lima sore katanya sudah bisa diakses, jadilah aku memasukkan nomor pendaftaran dan kabar bahagia itu datang. Aku diterima di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Indonesia dengan jalur beasiswa. Tidak di kota aku dibesarkan, melainkan di pulau seberang. Bukan. Bukan pulau Jawa! Melainkan pulau yang kaya dan terkenal penghasilan sumber daya alamnya berupa timah. Itu adalah pulau Bangka Belitung. Berbekal pengumuman dan sejumlah berkas persyaratan yang dibutuhkan