Judul Resensi : Terjun menuju Ragam Daerah dan Budaya di Indonesia
Identitas Buku
Judul buku : Tenun Biru
Pengarang : Ugi Agustono J.
Penerbit : Nuansa Cendikia
Alamat penerbit : Komplek Sukup Baru No. 23 Ujungberung
Kota terbit : Bandung
Jumlah halaman : 362 halaman
Ukuran : 14,5 x 21 x 2 cm
Cetakan I : November 2012
Harga : Rp. 50.000,-
Ugi Agustono J. (Ugi J.) alumnus STIE Perbanas
Surabaya jurusan Akuntansi ini memiliki tradisi otodidak dalam urusan membaca
dan kemauan luar biasa besar menulis beragam karya, dari ilmiah hingga karya
fiksi. Dulu ia suka menulis naskah untuk program pendidikan SD, SMP & SMA—meliputi
pelajaran Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah dan Matematika. Karya fiksi
sebelumnya yang sudah terbit adalah novel Anakluh Berwajah Bumi yang
diterbitkan oleh Gramedia-Kompas 2010.
Ratna terlahir dari keluarga mampu, punya pendidikan
yang bagus, pekerjaan mapan serta selalu peduli dengan sekitarnya. Sedangkan
Janus menjadi orang mapan dan punya segalanya karena nasib. Mereka harus
menjalani kebersamaan memasuki tempat-tempat kumuh hingga pedalaman Indonesia:
Dayak di Kalimantan, Karimunjawa, Kota Tua, Bali, Toraja dan Desa Rawa Sampih.
Novel ini banyak menceritakan segala detail
pelosok-pelosok negeri kita. Salah satu keberhasilan penulis adalah mampu
menggambarkan secara rinci tempat, lokasi, barang, bangunan kejadian yang ada
di novel tersebut. Ini memang novel fiksi, tetapi lingkungan yang dibentuk di
novel ini sangat nyata sekali.
Terbuai, mungkin itu kata yang cocok ketika membaca
novel Tenun Biru. Keindahan dalam negeri disajikan dalam satu karya yang sangat
bagus. Membangun kisah romantis, penulis hadirkan Janus yang kurang mencintai
Indonesia walau dia adalah orang Indonesia.
Misi Ratna untuk membuat Janus cinta Indonesia
merupakan kisah romantis yang membuat pembaca terbawa. Novel ini membuat kisah
antara Ratna dan Janus menjadi romantis namun tidak berlebihan. Penulis lebih
senang menggambarkan tempat-tempat yang ada di Indonesia. Penulis ingin
masyarakat Indonesia cinta terhadap negaranya sendiri karena begitu banyak
keindahan dan keunikan yang ada di Indonesia. Termasuk suku budaya yang beragam.
Jadi kita tidak perlu keluar negeri bila ingin menikmati keindahan alam atau
alasan ingin mengenal budaya lain.
Mengarungi perjalanan yang sulit. Berdua menggali
nilai-nilai peradaban, bertemu dan berbagi ragam ilmu dengan anak-anak pelosok
yang terpinggirkan. Terkadang harus mempertaruhkan keselamatan. Kisah di
dalamnya membungkus kecantikan Indonesia dalam derap irama naluri dan
nurani-sekalipun tanpa harus teriakt pada komitmen.
Dialog-dialog antar tokoh juga sangat menarik,
apalgi dialog Ratna dan Janus yang sangat alami. Beberapa dialog kecil
mengundang tawa lucu dari pembaca.
Cerita tentang sahabat Ratna yang telah berkeluarga
juga menghiasi sebagian dari isi novel ini. Adi, sahabat lama Ratna dan Nurul,
yang datang menjadi orang ketiga antara hubungan Ratna dan Janus. Berbagai
pengetahuan dan informasi yang diajarkan kepada anak-anak pedalaman membuat
novel ini semakin istimewa.
Kelemahan dari novel ini adalah alur cerita yang
kurang banyak dipahami oleh pembaca. Hal ini terlihat dari sub bab “Kisah dari
Gang Kumuh” yang menceritakan ceirta kecil masa lalu tentang Ratna dan Janus.
Dari sana akan timbul pertanyaan bagi pembaca apakah maksud dari sub bab
tersebut.
Melihat dari judul, Tenun Biru, bukanlah
menggambarkan isi novel ini. Judul ini membuat rasa ingin tahu pembaca menjadi
muncul, apalagi membaca sub judul, seperti tidak nyambung dengan judul utama.
Dari sekian banyak cerita dalam novel ini, sajian
cerita yang dipaparkan sangatlah menarik, mengundang tawa, sedih, haru, bahagia
dan rasa romantis menjadi satu. Novel ini dapat dibaca dan menjadi motivasi
bagi seluruh kalangan dan usia terutama yang kurang mencintai Indonesia dan
haus akan ragam budaya dari berbagai pelosok negeri.
keren ceritanya mudah di fahami
BalasHapusiya aku suka ceritanyaa :)
BalasHapus