“Mengidap penyakit bukanlah sebuah
kesalahan. Memiliki penyakit kronis bukanlah paksaan. ODHA memiliki hak yang
sama. ODHA bisa bermimpi. ODHA mempunyai kesempatan yang sama dengan kita.”
Bagi masyarakat awam, mungkin
mendengar kata ODHA masih asing di telinga mereka. ODHA ialah singkatan dari
Orang Dengan HID/AIDS. ODHA merupakan penyebutan bagi orang-orang yang
menderita dan mengidap penyakit HIV atau AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus)
ialah virus yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini menyerang kekebalan
tubuh manusia. Kasus penyakit HIV di Indonesia ditemukan kurang lebih 110 kasus
per hari, 40.000-an kasus per tahun ddengan total kasus 242.699 sapai dengan
bulan Maret 2017. Angka ini diharapkan tidak bertambah setiap tahunnya,
harapannya semakin berkurang.
Tahun lalu, moto program Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) ialah Three Zero (Tiga Nol) yaitu:
- Tidak ada kasus HIV/AIDS baru
- Tidak ada kematian karena HIV/AIDS
- Tidak ada diskriminasi terhadap ODHA
Bagaimana ya orang bisa
mengidap penyakit AIDS ini?
Teman-teman, ada banyak cara
penularan HIV/AIDS ini. Untuk mengetahui info selengkapnya bisa dibaca disini (Serba Serbi HIV AIDS).
HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV, jarum suntik
yang tidaks teril, dan saat kehamilan, mengandung dan menyusui pada ibu hamil. Namun
jangan salah kaprah, HIV tidak dapat menular melalui gigitan nyamuk, air ludah
atau air liur, memakai kamar mandi yang sama, kontak fisik seperti berpelukan, bersalaman,
dll. Berdasarkan data rasio, laki-laki lebih banyak terinfeksi ODHA dibanding
dengan perempuan dengan rasio terbesar AIDS 4:1.
Bisakah kita mengetahui dan memastikan
diri kita apakah mengidap penyakit AIDS atau tidak?
Tentu bisa, caranya dengan VCT
(Voluntary Counseling and Testing) atau yang sering dikenal dengan tes HIV. Tes
HIV ini bukan hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beresiko saja, sebagai
bentuk preventif diri terhadap berbagai penyakit kronis, kita bisa menguji
keberanian kita untuk mengetahui apakah kita mengidap penyakit AIDS atau tidak. Sebelum melakukan tes, kita kudu konseling dulu dengan pemeriksa. Konselingnya berupa pengisian data diri dan keluarga, riwayat penyakit, dll. Lalu akan dicek tekanan darah dan diambil sedikit darah dari salah satu jari kita. Mudah kan? Beberapa puskesmas dan rumah sakit di Sumatera Selatan sudah dapat melayani dan
melakukan tes HIV ini. Tahukah kamu? Kota Palembang merupakan kota terbesar di
Sumsel yang mengidap ODHA dibanding 17 kabupaten/kota lainnya. Dari total 110
kasus ODHA, 65 kasus ada di Kota Palembang.
Para Blogger sedang VCT di The Excelton Hotel
Apa yang dilakukan jika kita positif
HIV/AIDS?
Alhamdulillah berkat kecanggihan
teknologi dan kemajuan dunia kedokteran, sekarang sudah ada terapi bagi ODHA
yang disebut dengan terapi ARV. ARV (antiretroviral) ialah terapi yang dijalankan
bagi penderita ODHA dengan mengonsumsi obat dalam bentuk tablet dua kali sehari
(pagi dan malam). ARV ini bukanlah obat untuk menyembuhkan dan menghilangkan
penyakit HIV, namun untuk menghambat pertumbuhan virus HIV dalam tubuh yang
merusak sistem kekebalan tubuh. So, jangan takut dan cemas jika positif ODHA,
angka harapan hidup ODHA bisa lebih panjang, bertahun-tahun dan dapat
beraktivitas normal seperti orang yang tidak mengidap penyakit AIDS. Banyak
ODHA yang pergi bekerja, ke kantor, berpergian, jalan-jalan dan melakukan
aktivitas rumah.
Pengalaman menarik yang saya alami
pada Senin lalu yaitu bertemu dengan ODHA di The Excelton Hotel Palembang. Seorang
ibu alias emak-emak (hehe) berdiri di hadapan teman-teman blogger Palembang bernama Ayu Oktariani
merupakan ODHA. Awalnya saya tak percaya bahwa beliau adalah ODHA karena tidak
tercermin dalam penampilan fisiknya. Mba Ayu ini sehat, berdiri dengan tegap
dan santai, tidak lemah dan tidak kurus seperti bayangan kita terhadap orang
yang menderita penyakit AIDS. Di hadapan kami semua ia bercerita tentang
pengalaman hidupnya, kisah bagaimana ia down, lalu bangkit dan menghadapi
penyakit AIDS serta obrolan tentang bagaimana ia dapat menjalani program hamil
walau pengidap HIV. Ia menjalani Pencegahan Penularan HIV dari Ibu dan Anak
(PPIA) yang sudah diimplementasikan di Indonesia dan dunia. Jadi, ibu yang
mengidap penyakit HIV dapat memiliki bayi yang tidak mengidap penyakit HIV.
Kemudian ia mengandung anaknya dan melahirkan bayi. Bayinya terlahir sehat. Sayang,
hanya bertahan 40 jam dan meninggal dunia karena penyakit paru-paru, namun bukan
karena HIV ya.
Berfoto bersama Mba Ayu Oktariani, pengidap ODHA yang memotivasi teman-teman blogger
Saya Berani Saya Sehat
Saya Berani Saya Sehat merupakan
slogan Kemenkes untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk memberanikan
diri tes HIV. Jika kita berani dan tahu bahwa tidak mengidap penyakit AIDS,
maka kita sehat.
Ditulis dalam rangka memperingati
Hari AIDS se-dunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember.
Komentar
Posting Komentar